Hallo Perseners! Long weekend pada kemana nih? Terdapat rencana cobain bioskop yang baru re- opening kah? Ataupun tetep di rumah aja? Ya, apapun itu opsi liburan lo, mudah- mudahan lo dapat menggunakan waktu luang sebaik bisa jadi, supaya badan lo pula dapat ter- recharge tenaga positifnya.
Cocok judul yang udah lo baca, kali ini gue hendak nemenin long weekend lo dengan tulisan yang beda dari umumnya. Jika minggu- minggu kemudian gue mayoritas nulis tentang kesehatan mental, buat saat ini waktunya gue ngulik tentang pembelajaran di Indonesia.
Gue ingin lo kasih komentar tentang pembelajaran di Indonesia ataupun di Dunia, lo dapat kasih komentar lo melalui tweet serta mention twitternya Satu Persen di@satupersen_id ya, gue tunggu.
Well, udah bukan perihal yang asing lagi jika kita bahas sistem pembelajaran. Ngomongin soal pembelajaran gue ingin tanya, waktu lo sekolah terdapat gak sih mata pelajaran yang lo gak suka? Sempat gak sih rasanya lo pengen cabut kelas cocok pelajaran Kimia? Ataupun Ekonomi? Jujur gue sih sempat haha https://rollingstone.co.id .
Waktu gue SMA males banget jika disuruh ngerjain soal Kimia. Wajib hafal tabel periodik lah, belum lagi wajib hafal rumus, wajib ngitung pula. Hingga gue tuh ngerasa“ Kayaknya gue salah masuk jurusan deh”. Tetapi dipikir lagi di jurusan IPS pula terdapat Geografi yang wajib hafal susunan batuan yang gak tau manfaatnya buat apa.
Bisa jadi jika saat ini gue dikasih soal SMA, kayaknya gue gak hendak dapat ngerjain deh. Pilu:’). Bertahun- tahun belajar tabel periodik, saat ini kurang ingat gitu aja. Ya sebab sehabis gue lulus sekolah ilmu yang gue pelajari waktu sekolah banyak gak gue pake, sebab gak relate pula. Jadi kurang ingat aja gitu serta hingga saat ini juga gue masih gak tau apa manfaatnya gue pelajari tabel periodik.
Bisa jadi buat lo yang ngambil FMIPA( Fakultas Matematika serta Ilmu Alam) hendak relate sama pelajaran SMA IPA. Tetapi buat anak jurusan seni? Ataupun anak psikologi seperti gue? Pelajaran sekolah tuh hanya matematika statistik doang yang gue pake. Kadangkala gue tuh ngerasa percuma banget waktu sekolah belajar matematika integral hingga buat kepala sakit kepala sebelah, saat ini gak kepake. Serta gue masih bingung mengapa sih wajib belajar pelajaran itu? Jika pelajaran yang terdapat di sekolah aja gak banyak kita gunakan, terus buat apa tujuannya sistem pembelajaran jika kaya gitu?
Sebenernya apa sih tujuan pembelajaran itu?
Pemikiran terpaut tujuan pembelajaran bisa jadi hendak berbeda- beda serta dapat jadi perdebatan banyak pihak. Jika bagi UU Nomor. 2 Tahun 1985, tujuan pembelajaran itu buat mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan manusia yang seutuhnya. Pertanyaannya merupakan apakah sistem pembelajaran yang terdapat saat ini dapat meningkatkan siswa jadi manusia seutuhnya? Dengan sistem yang terkesan maksa siswa buat belajar pelajaran yang siswa gak suka.
Gue pula percaya gak seluruh siswa itu suka sama pelajaran yang terdapat di sekolah, tetapi sebab terdapat standar nilai yang wajib dicapai buat naik kelas/ lulus ingin gak ingin siswa wajib menekuni seluruh mata pelajaran itu.
Bisa jadi terdapat siswa yang gak dapat ngerjain soal matematika belum pasti sebab ia bodoh, tetapi sebab gak suka aja. Ingin les privat sekalipun kayaknya gak hendak dapat buat ia jadi pemenang olimpiade jika pada dasarnya ia gak memiliki atensi matematika.
Apakah dengan metode semacam itu tujuan pembelajaran hendak tercapai? Gue rasa gak hendak ya. Sebab suatu perihal yang dipaksakan tentu hasilnya juga gak optimal. Serta percayalah seluruh orang terlahir unik, sayang banget jika wajib dibangun dengan metode yang kaku seperti sistem pembelajaran resmi yang terdapat saat ini.
Seseorang tokoh psikologi Howard Gardner yang populer dengan teori Multiple Intelligences, bilang jika seluruh orang gak dilahirkan dengan seluruh kecerdasan. Gardner pula mengatakan terdapat 8 tipe kecerdasan: Linguistik, visual spasial, musikal, kinestetik, logis- matematis, naturalis, interpersonal serta kecerdasan intrapersonal. Serta seluruh orang tentu mempunyai salah satu kecerdasan ini. Jadi sebenernya gak terdapat anak yang terlahir bodoh ataupun pintar, yang terdapat merupakan anak yang menonjol dalam satu ataupun sebagian kecerdasan aja.
Baca Juga : Anda dan Seluruh Keluarga Dapat Menikmati Manfaat Spa Berenang
Jadi dapat gue simpulkan jika yang membuat siswa itu nampak bodoh merupakan kala siswa dituntut menekuni pelajaran yang sebenernya ia gak suka serta kecerdasan ia bukan di satu pelajaran itu, kesimpulannya nilainya juga gak memuaskan. Sementara itu jika digali lebih baik lagi bisa jadi siswa yang bodoh di pelajaran matematika hendak unggul di pelajaran melukis.
“ Mengajari ikan buat terbang cuma hendak membuat sang ikan jadi mati”- Deddy Corbuzier
Permasalahan Sistem Pembelajaran Dikala Ini
Ngomongin permasalahan sistem pembelajaran masih banyak banget PRnya. Kak Evan pula udah sempat bahas tentang
permasalahan pembelajaran di video youtubenya Satu Persen. Di mari gue ingin coba ajak lo berdiskusi, apakah sistem pembelajaran Indonesia dikala ini udah optimal?
Semenjak tahun 2000 negara- negara di dunia tercantum Indonesia menjajaki uji PISA tiap 3 tahun sekali. PISA( Programme for International Student Assessment) merupakan riset internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, serta sains siswa sekolah berumur 15 tahun. Serta informasi terakhir tahun 2018 Skor PISA Indonesia tercantum dalam jenis rendah, ialah Indonesia terdapat di peringkat 70an dari 78 negeri di tiap- tiap aspek evaluasi PISA( membaca, matematika, serta sains).
Pada realitanya juga keadaan sistem pembelajaran di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Contohnya masih banyak kanak- kanak Indonesia yang belum memperoleh sarana sekolah yang layak. Terlebih dengan suasana pandemi saat ini, kurikulum pendidikan jarak jauh itu sangat gak efisien buat siswa yang terdapat di wilayah.
Sebab keadaan yang mewajibkan siswa belajar dari rumah pula banyak memunculkan permasalahan baru. Gue sempet amati kabar terdapat anak kelas 1 SD yang wafat dianiaya orang tuanya sebab sulit diajarin pelajaran sekolah online. Miris ya. Belum lagi masih banyak warga dengan sosial ekonomi status yang rendah gak siuman berartinya pembelajaran buat kanak- kanak mereka.